Teliti Kerusakan Mangrove di Pantai Jawa Tengah, Dosen UTU Raih Gelar Doktor di UNSOED
  • UTU News
  • 03. 02. 2023
  • 0
  • 864

MEULABOH - UTU | Wintah, S.Pd., M.Si, Dosen Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar berhasil menyandang gelar doktor dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED). Perempuan kelahiran Pekalongan, 17 Desember 1982 silam ini berhasil lulus program doktor dari Prodi Biologi Sekolah Pascasarjana UNSOED.

Wintah mempertahankan disertasi berjudul Gastropoda sebagai Bioindikator kerusakan Mangrove di pantai utara dan selatan Jawa Tengah. Berlaku selaku promotor Prof. Dr.Agus Nuryanto., S.Si., M.Si., dan ko-promotor Dr.Rudhi Pribadi., serta Dr.rer.nat. M.Husein Sastranegara.

Adapun bertindak sebagai Penelaah 1 Prof. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Penelaah 2 Dr.rer.nat W.Lestari, M.Sc, sementara Penguji internal Dr.rer.nat.Erwin Riyanto ardli, S.Si., M.Sc dan dua orang penguji eksternal yaitu Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana dan Dr.Ir. Muh. Yususf, M.Si.

Dalam kesempatan itu Wintah memaparkan tentang hasil kajiannya mengenai gastropoda di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah sebagai bioindikator kerusakan mangrove.

Suatu tipe ekosistem yang terdapat di sepanjang pantai dan muara sungai dengan karateristik yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut disebut sebagai ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove supaya tetap memiliki fungsi ekologis yang berkesinambungan, perlu peran faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem supaya terjaga keseimbangannya.

Mangrove memiliki arti penting bagi kemaslahatan manusia, terutama menjaga daratan dari badai, abrasi dan instrusi. Sebagai ekosistem peralihan antara darat dan laut, mangrove perlu penanganan yang spesifik, tidak seperti hutan darat lainnya. Rehabilitasi hutan mangrove perlu waktu dan habitat tempat tumbuh yang tepat guna meningkatkan laju pertumbuhan tanaman

Dari penelitian yang telah dilakukannya diketahui bahwa tingkat kerusakan mangrove pada stasiun 3 Pantai Utara jawa tengah  dan Pantai Selatan Jawa Tengah masuk  kategori sangat rusak.

Kondisi penurunan fungsi ekologis terhadap ekosistem mangrove terjadi di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah. "Kondisi tersebut disebabkan oleh perubahan areal dan tata guna ekosistemnya. Hal tersebut diperkirakan akan berpengaruh terhadap perubahan struktur komunitas mangrove dan gastropoda," jelas Istri Dr. Kiswanto yang juga Dosen Universitas Teuku Umar tersebut pada (2/2).

Selain itu, diketahui pula kehadiran gastropoda diduga dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk mengetahui kerusakan mangrove. Kerapatan mangrove di pantai tersebut dalam kriteria yang cukup tinggi. Adapun jenis mangrove yang dominan adalah jenis T. telescopium yang memiliki nilai skoring paling kuat sehingga dapat dijadikan sebagai bioindikator kerusakan mangrove karena spesies tersebut memiliki mobilitas yang sempit, sensitif terhadap tutupan kanopi atau lebih menyukai tempat terbuka.

Temuan lain menunjukkan pengaruh kerusakan mangrove terhadap spesies indikator gastropoda dilihat dari tutupan kanopi terhadap kemunculan T. telescopium sebagai spesies bioindikator. Hasil regresi menunjukkan tutupan kanopi mangrove (%) berpengaruh negatif terhadap frekuensi kemunculan T. telescopium dengan nilai sebesar -0,513. Pengaruh negatif ini bermakna setiap penambahan 1% kanopi maka akan menurunkan kemunculan T. Telescopium sebesar 0,513 ind/m2 .

Wintah memulai studinya pada Tahun 2015 dan selama masa study telah menghasilkan sejumlah artikel ilmiah di jurnal-jurnal nasional dan internasional, diantaranya artikel dari penelitian disertasinya dengan judul: Distribution Pattern of gastropoda and physical chemical factors in the kebumen mangrove forest, Indonesia diterbitkan di Journal AACL Bioflux yang merupakan jurnal international bereputasi teindeks Scopus Q3. (Aduwina Pakeh / Humas UTU).

Komentar :

Lainnya :